Moral.co.id – Pariwisata Provinsi Lampung kembali menggema dalam International Conference and Culture Event. Di hadapan dosen universitas kenamaan dari berbagai negara, putra daerah bernama Muhammad Angki Wijaya memaparkan betapa indah dan potensial perpaduan antara budaya dan wisata di Pesisir Barat, Lampung.
Alhasil para akdemisi yang terlibat dalam diskusi virtual tersebut yakin bahwa kemajuan dunia wisata erat kaitannya dengan budaya masyarakat lokal.
“Tiap peneliti punya topik berbeda, bahwa pariwisata yang berbasis budaya serta komunitas lokal atau Pokdarwis dapat melestarikan warisan budaya yang terdapat di Pesisir Barat, The Treasure of Sumatera,” kata Angki Wijaya usai virtual meeting dengan sejumlah Profesor dari Universitas kenamaan Luar Negeri, (16/12).
Penelitian yang dipaparkan Angki dapat dijadikan pariwisata alternatif yang mampu merangsang mobilitas turis. Sehingga perputaran ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat lokal di pesisir dapat saling menopang.
“ Konsep ini menekankan adanya partisipasi masyarakar dalam pembangunan pariwisata sekaligus melestarikan budayanya. Mengapa pesisir barat? Karena Pesibar punya potensi yang sangat besar dan pasarnya sudah bertaraf dunia, salah satu event dunia yakni perlombaan surfing,” paparnya.
Anak dari legislator Lampung Selatan Mohammad Akyas itu menegaskan bahwa kesempatan untuk memadukan pariwisata dengan terus menjaga kelestarian budaya kepada turis asing harus segera diseriusi.
“Covid-19 tidak menjadi hambatan, justru member ruang untuk melakukan diverifikasi produk wisata di Pesibar supaya; tourists can interact with local culture through tourism activity. Dan ini pun bisa dijadikan strategi sebelum revenge tourism,” jelas Angki.
Dalam konferensi tersebut terdapat sederet nama akademisi seperti Proffesor Bart Barendregt Of Lieden University, Netherlands. Proffesor Atsushi Oka of Keio University Japan, Dr. Riana Martiara ISI Yogyakarta hingga Dr. Aline Scott Maxwell, Adjunct Senior Research Fellow, Monash University.
Melihat topik yang dipaparkan Angki Wijaya, mereka memandang bahwa budaya dan pariwisata sangat berkaitan dan harus saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. (red)